Minggu, 24 November 2013

KEBUDAYAAN BANJARMASIN

Budaya dan tradisi orang Banjar adalah hasil asimilasi selama berabad-abad. Budaya tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia. Budaya Banjar dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar khususnya dalam bentuk kesenian, tarian, musik, pakaian, permainan dan upacara tradisional.
Adat istiadat Banjar yang melekat dengan kehidupan sosial warga masyarakat yang bercirikan Islam terus terjaga dan dipertahankan, nampak dari aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini dapat juga disaksikan melalui berbagai pentas kesenian Banjar yang sering ditampilkan dalam acara-acara resmi, seperti tari-tarian dan lagu Banjar. Demikian pula upacara adat khas Banjar yang biasanya dilaksanakan dalam rangka perkawinan, kelahiran, ataupun peringatan   terhadap peristiwa penting lainnya. Dari banyaknya ragam kesenian tersebut yang terkenal adalah:

- Madihin
- Mamanda
- Japen
- Balamut
- Hadrah
- Musik panting
- Upacara Maarak Penganten
- Bamandi-mandi
- Maayun Anak

Kesemuanya itu adalah kekayaan budaya yang sangat menarik.
Tarian tradisional yang biasa ditampilkan pada upacara Tradisional seperti: tari "Baksa Kambang", "Baksa Lilin", "Kula Gepang", "Maiwak", dan lain-lain. Ada sekitar 76 Jenis tarian. Tari tradisional biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti: babun, gambang, aron, salantang, kedernong, gong, suling, rehab dan dan lain-lain.

MADIHIN
Seni Madihin adalah suguhan pentas monolog oleh satu atau dua orang seniman tradisional yang merangkai syair  dan pantun diiringi dengan musik gendang khas Banjar. Sajian materi  seni ini biasanya melemparkan sindiran – sindiran dan pesan sosial dan moral dengan kosa kata yang menggelitik dan lucu.

MAMANDA
Seni Mamanda merupakan seni pentas teater tradisional Banjar. Menceritakan kisah-kisah kehidupan masyarakat perjuangan kemerdekaan serta kritik sosial dan politik yang berkembang.

MUSIK PANTING
Seni Musik Panting adalah paduan antara berbagai alat musik seperti Babun, Panting, Biola, Gong, yang menghasilkan irama khas, biasanya mengiringi lagu-lagu tradisional Banjar yang dinyanyikan, atau mengiringi tarian tradisional. Istilah panting  diambil dari salah satu jenis alat musik utamanya Panting, yaitu alat musik petik yang mirip dengan Gitar Gambus berukuran kecil.

KERAJINAN
Salah satu yang manjadi daya tarik pengunjung Kota Banjarmasin adalah berbagai macam kerajinan tangan dan cinderamata yang ada di kota ini. Kerajinan tangan yang ada di Kota Banjarmasin bukan hanya dihasilkan oleh penduduk Kota Banjarmasin, tetapi juga dari kota dan kabupaten lain di Kalimantan Selatan, sehingga dengan datang ke Banjarmasin wiastawan dapat mengenal  beragam kerajinan khas yang dihasilkan rakyat Kalimantan Selatan.
Terdapat beragam jenis kerajinan tangan yang  dihasilkan industri-industri kecil rumah tangga mulai dari batu-batuan permata hingga berbagai bentuk aksesoris  dan peralatan rumah tangga khas Banjar, suku asli Kalimantan Selatan. Kerajinan Tangan yang dihasilkan warga Kota Banjarmasin sendiri diantaranya berupa kain Sasirangan yang memiliki kombinasi warna dan tekstur sangan khas. Keindahan sasirangan sudah dikenal secara nasional, sebagai salah satu bahan busana pria dan  wanita.
Kerajinan khas lainnya adalah air guci, yaitu jenis sulaman khas banjar. Peralatan dan perabot rumah tangga yang terbuat dari bahan rotan seperti lampit atau tikar, tas, pas bunga dan bentuk-bentuk lainnya.  Selain kerajinan yang berupa peralatan dan aksesoris, di Kota ini bisa didapatkan berbagai ramuan tradisional yang bahannya diperoleh dari pedalaman kalimantan, seperti pasak bumi yang sudah sangat terkenal di manca negara. Semua kerajinan tangan ini sangat menarik untuk dibawa sebagai oleh-oleh dari Kota Banjarmasin.



Minggu, 17 November 2013

Kebudayaan Maluku

Rumah Adat Maluku
Jika anda memasuki daerah di Maluku, salah satu hal yang segera nampak menonjol adalah satu bangunan yang berbeda dengan rumah lain. Bangunan ini biasanya berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan yang lebih baik, dan dihias dengan lebih banyak ornamen.Karena itu, bangunan tersebut merupakan landmark Maluku.Di Maluku, disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah berarti “balai”.Warga Maluku menggunakan istilah “baileo”,karena memang baileo digunakan sebagai “balaibersama” untuk membahas masalah yang mereka hadapi dan mengupayakan pemecahannya.
BatuPamali, sebuah batu besar tempat meletakkan sesaji di muka pintu sebuah bangunan di Maluku merupakan tanda bahwa bangunan tersebut adalah Balai Adat. Baileo inilah yang menjadi bangunan induk Anjungan.Sembilan tiang di bagian depan dan belakang, serta lima tiang di sisi kiri dan kanan merupakan lambing Siwa Lima, simbol persatuan Maluku.
Baileo sebagai bangunan induk tidak berdinding.Adapula baileo yang lantainya di atas semen dan baileo yang lantainya rata dengan tanah.Baileo yang paling lazim dan khas adalah yang lantainya dibangun di atas tiang.Jumlah tiangnya melambangkan jumlah klen-klen yang ada didesa tersebut.Baileo tidak berdinding agar roh-roh nenek moyang mereka bebas masuk keluar.Baileo dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari tempat berdiri rakyat di desa.Selain itu rakyat akan tahu permusyawaratan berlangsung dari luar ke dalam dan dari bawah keatas.
Baileo yang ada di Taman Mini Indonesia Indah adalah bentuk baileo yang terakhir atau yang baru yang melambangkan persatuan antara dua klenbesar di Maluku yaitu PataSiwa dan Pata Lima.Hal ini melambangkan jumlah pada tiang baileo di bagian depan dan belakang berjumlah 9(siwa) dan samping kiri dan kanan berjumlah 5(lima).
Siwa lima bagi masyarakat dari Maluku mempunyai arti yang mendalam yaitu: Kita semua adalah punya dan menjadi lambing kesatuan dan persatuan daerah Maluku.

Tari Daerah Maluku
-Tari Katreji
Tari Katreji adalah tarian asal Portugis dipakai untuk acara ramah tamah
-Tari Dansa Tali
Tari dansa tali merupakan tarian dansa yang menggunakan tali. Tarian tersebut merupakan peninggalan seni budaya dari penjajah bangsa Portugis.
-Tari Orlapei
Tari orlapei merupakan salah satu peninggalan seni budaya dari Portugis yang berfariasi.
-Tari Sau Reka-Reka
Tari sau reka- reka atau disebut juga tari gaba-gaba. Menggunakan gaba-gaba yang berjumlah 4 buah yang dipukul sebagai alunan musik dalam tari ini, mulai dari tempo yang lambat sampai cepat.
-Tari Lenso 
Tarian Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Minahasa (sulut) dan daerah Maluku,Tarian Lenso ini biasanya dibawakan secara ramai-ramai atau berkelompok apabila ada pesta.Baik pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan-kegiatan lainnya.Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang.
-Tari Cakalele
Cakalele merupakan tarian tradisional khas Maluku.Tari Cakalele dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan para penari perempuan menari dengan mengenakan pakaian warnaputih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.
Dalam tarian Cakalele ini, para penari melakukan tarian yang diiringi dengan music tifa, suling, music beduk (tambur) dan kerang besar (bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku.
Keistimewaan tari Cakalele ini terletak pada tiga fungsi simbolnya, yaitu:
a. Warna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroism terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
b. Pedang pada tangan kanan para penari laki-laki menyimbolkan harga diri masyarakat Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
c. Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap system pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.

Pakaian Adat
Pakaian Baju Cele Kain Salele
Baju cele ini bermotif garis – garis geometris/berkotak – kotak kecil.Bajucele in biasanya dikombinasikan dengan kain sarung yang warnanya tidak jauh berbeda, yang penting harus seimbang dan serasi apabila dikenakan.
Baju cele ini dipakai juga dalam upacara – upacara adat (acara pelantikan raja, acara cuci negeri, acara pesta negeri, acara panas pela dll.) dan di kombinasi dengan kain yang pelekat yang disalele yaitu disarung dari luar dilapisi sampai batas lutut dan dipakai lenso (saputangan yang diletakan di pundak).
Pakaian ini dipakai tanpa pengalas kaki atau boleh juga pakai selop. Konde/sanggul yaitu konde bulan yang diperkuat lagi dengan tusukan konde yang disebut haspel yang terbuat dari emas atau perak.

Senjata Daerah       
Maluku mempunyai senjata tradisional yang terkenal yaitu Parang Salawaku.Parang Salawaku sudah merupakan satu paket senjata tradisonal Maluku. Senjata ini terdiri dari parang dan perisai.Parang berarti pisau besar, biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau, namun lebih pendek jika dibandingkan dengan pedang.Sawalaku sendiri memiliki arti perisai.
Parang Sawalaku sering dipergunakan oleh penduduk asli Maluku dalam berperang melawan musuh contohnya saat Kapitan Patimura dan rakyatnya perang melawan tentara Belanda.Pada masa sekarang Parang Salawaku biasanya dipergunakan untuk melengkapi pakaian penari dan atau untuk upacara perkawinan.
Parang biasanya terbuat dari bahan besi yang keras berukuran 90 sampai dengan 100 cm, ukuran ini disesuaikan dengan tinggi badan si pemilik. Jadi sangat beragam ukurannya. Parang ini juga memiliki kepala yang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi.
Salawaku terbuat dari kayu yang dilapisi oleh pernak-pernik khusus yang diberi motif untuk menghiasinya. Tidak sembarang motif yang dipergunakan dan biasanya motif yang berlambangkan keberanian. Simbol keberanian inimembuat penggunanya memiliki keberanian yang sama dalam berperang melawan musuh. Motif-motif indah yang menghiasi Salawaku ini terbuat dari kulit kerang laut.
Proses yang  terpenting dalam pembuatannya adalah ketika senjata ini dimantrai oleh Kapitan atau panglima perang. Dengan mantra ini, konon membuat Parang Salawaku tidak dapat tembus oleh peluru, karenanya para prajurit Kapitan Patimura berani maju melawan penjajah Belanda untuk melakukan perlawanan.

Alat Musik
TIFA, merupakan alat musik khas dari Maluku dan Papua. Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan juga dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khasnya masing-masing.
TIFA biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musictoto buang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.
Alat music tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat yang seperti yang digunakan di Masjid .Badan kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.

Lagu Daerah

   -          Ayo Mama
   -         O Ulate
   -         Sarinande
   -         Goro-gorone
   -         Nona Manis Siapa Yang Punya
   -         Dll


Minggu, 03 November 2013

KESENIAN SULAWESI SELATAN

Kesenian Sulawesi Selatan di kenal sebagai kebudayaan tinggi dalam konteks kekinian. Karena pada dasarnya, seni tidak hanya menyentuh aspek bentuk (morfologis), tapi lebih dari itu dia mampu memberikan konstribusi psikologis. Disamping memberikan kesadaran estetis, juga mampu melahirkan kesadaran etis. Diantara kedua nilai tersebut, tentunya tidak terlepas dari sejauhmana masyarakat kesenian (public art) mampu mengapresiasi dan menginterpretasikan makna dan simbol dari sebuah pesan yang dituangkan dalam karya seni.
Berbicara tentang estetika, seolah kita terjebak pada suatu narasi yang menghantarkan kita pada pemenuhan pelipur lara semata, misalnya: gaya hidup, hiburan dan relaksasi. Kita lupa bahwa seni merupakan variabel yang dapat membentuk kesadaran sosial sekaligus kesadaran religius masyarakat. Di Sulawesi Selatan, nilai kekhasan kesenian dapat dikatakan sebagai sebuah wasiat kebudayaan yang menggiring kita pada lokal values (kearifan). Dibutuhkan pelurusan makna seni melalui aspek keilmuan agar dia tidak terjebak dalam arus kepentingan politik dan industri semata.
Klasifikasi Masyarakat Seni
Arnold Hausser, seorang filosof sekaligus sosiolog seni asal Jerman mengindentifikasi bahwa masyarakat seni terbagi menjadi empat golongan. Yang pertama: Budaya Masyarakat Seni Elit, yaitu masyarakat seni intelektual yang banyak memberikan konstribusi perkembangan seni dalam suatu daerah. Masyarakat seni elit inilah yang banyak memberikan literature dan kajian holistik agar perkembangan seni dapat berjalan sesuai dengan konteks keilmuan, termasuk pakar kesenian, akademisi dan kritikus seni. Kedua: Budaya Masyarakat Seni Populer, yaitu masyarakat seni intelektual yang hanya mengedepankan kepentingan subjektifitas terhadap kebutuhan estetik yang berjalan sesuai dengan konteks (zaman). Masyarakat seni ini biasanya terdapat dari golongan mapan yang dis-orientasi seni, misalnya dokter, pengusaha, dan politikus. Ketiga: Budaya Masyarakat Seni Massa. Yaitu budaya masyarakat golongan menengah kebawah, biasanya golongan ini hanya mementingkan aspek kesenangan dan mudah larut dalam perkembangan peradaban. Dia senantiasa menikmati hidangan produk-produk kesenian tanpa memikirkan dampak akibatnya terhadap masyarakat luas. Dan yang keempat: Budaya Masyarakat Seni Rakyat. Masyarakat seni ini terbentuk secara spontanitas melalui kepolosan. Golongan ini juga senantiasa mempertahankan wasiat seni para leluhurnya. Dari sinilah budaya masyarakat seni elit memperoleh referensi dan inspirasi dalam memperkaya kajian kesenian dalam aspek kebudayaan.

KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN
Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel - Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan berarti mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. DEmikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik.

Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.

Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang Toale. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale (orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian). Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.

Beberapa tarian yang ada di sulawesi selatan :
tari Pakkarena
tari Angin Mamiri
tari Paddupa

Pakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Lagu Daerah Silawesi Slatan : Angin Mamiri, Ma Rencong,