Rumah
Adat Maluku
Jika anda memasuki daerah di Maluku, salah satu hal yang segera nampak menonjol
adalah satu bangunan yang berbeda dengan rumah lain. Bangunan ini biasanya
berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan yang lebih baik, dan dihias
dengan lebih banyak ornamen.Karena itu, bangunan tersebut merupakan landmark
Maluku.Di Maluku, disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah berarti
“balai”.Warga Maluku menggunakan istilah “baileo”,karena memang baileo
digunakan sebagai “balaibersama” untuk membahas masalah yang mereka hadapi dan
mengupayakan pemecahannya.
BatuPamali, sebuah batu besar tempat meletakkan
sesaji di muka pintu sebuah bangunan di Maluku merupakan tanda bahwa bangunan
tersebut adalah Balai Adat. Baileo inilah yang menjadi bangunan induk
Anjungan.Sembilan tiang di bagian depan dan belakang, serta lima tiang di sisi
kiri dan kanan merupakan lambing Siwa Lima, simbol persatuan Maluku.
Baileo sebagai bangunan induk tidak
berdinding.Adapula baileo yang lantainya di atas semen dan baileo yang
lantainya rata dengan tanah.Baileo yang paling lazim dan khas adalah yang
lantainya dibangun di atas tiang.Jumlah tiangnya melambangkan jumlah klen-klen
yang ada didesa tersebut.Baileo tidak berdinding agar roh-roh nenek moyang
mereka bebas masuk keluar.Baileo dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan
tempat bersemayam roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari tempat berdiri rakyat
di desa.Selain itu rakyat akan tahu permusyawaratan berlangsung dari luar ke
dalam dan dari bawah keatas.
Baileo yang ada di Taman Mini Indonesia Indah adalah
bentuk baileo yang terakhir atau yang baru yang melambangkan persatuan antara
dua klenbesar di Maluku yaitu PataSiwa dan Pata Lima.Hal ini melambangkan
jumlah pada tiang baileo di bagian depan dan belakang berjumlah 9(siwa) dan
samping kiri dan kanan berjumlah 5(lima).
Siwa lima bagi masyarakat dari Maluku mempunyai arti
yang mendalam yaitu: Kita semua adalah punya dan menjadi lambing kesatuan dan
persatuan daerah Maluku.
Tari
Daerah Maluku
-Tari Katreji
Tari Katreji adalah tarian asal Portugis dipakai
untuk acara ramah tamah
-Tari Dansa Tali
Tari dansa tali merupakan tarian dansa yang
menggunakan tali. Tarian tersebut merupakan peninggalan seni budaya dari
penjajah bangsa Portugis.
-Tari Orlapei
Tari orlapei merupakan salah satu peninggalan seni
budaya dari Portugis yang berfariasi.
-Tari Sau Reka-Reka
Tari sau reka- reka atau disebut juga tari
gaba-gaba. Menggunakan gaba-gaba yang berjumlah 4 buah yang dipukul sebagai
alunan musik dalam tari ini, mulai dari tempo yang lambat sampai cepat.
-Tari Lenso
Tarian Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah
Minahasa (sulut) dan daerah Maluku,Tarian Lenso ini biasanya dibawakan secara
ramai-ramai atau berkelompok apabila ada pesta.Baik pesta Pernikahan, Panen
Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan-kegiatan lainnya.Tarian ini juga sekaligus
ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang.
-Tari Cakalele
Cakalele merupakan tarian tradisional khas
Maluku.Tari Cakalele dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para
penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan
kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi
kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari
alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan para penari
perempuan menari dengan mengenakan pakaian warnaputih sembari menggenggam sapu
tangan (lenso) di kedua tangannya.
Dalam tarian Cakalele ini, para penari melakukan
tarian yang diiringi dengan music tifa, suling, music beduk (tambur) dan kerang
besar (bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran,
karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan
pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku.
Keistimewaan tari Cakalele ini terletak pada tiga
fungsi simbolnya, yaitu:
a. Warna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroism terhadap
bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi
perang.
b. Pedang pada tangan kanan para penari laki-laki menyimbolkan harga diri
masyarakat Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
c. Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian
menyimbolkan gerakan protes terhadap system pemerintahan yang dianggap tidak
memihak kepada masyarakat.
Pakaian
Adat
Pakaian Baju Cele Kain Salele
Baju cele ini bermotif garis – garis
geometris/berkotak – kotak kecil.Bajucele in biasanya dikombinasikan dengan
kain sarung yang warnanya tidak jauh berbeda, yang penting harus seimbang dan
serasi apabila dikenakan.
Baju cele ini dipakai juga dalam upacara – upacara adat (acara pelantikan raja,
acara cuci negeri, acara pesta negeri, acara panas pela dll.) dan di kombinasi
dengan kain yang pelekat yang disalele yaitu disarung dari luar dilapisi sampai
batas lutut dan dipakai lenso (saputangan yang diletakan di pundak).
Pakaian ini dipakai tanpa pengalas kaki atau boleh
juga pakai selop. Konde/sanggul yaitu konde bulan yang diperkuat lagi dengan
tusukan konde yang disebut haspel yang terbuat dari emas atau perak.
Senjata
Daerah
Maluku mempunyai senjata tradisional yang terkenal
yaitu Parang Salawaku.Parang Salawaku sudah merupakan satu paket senjata
tradisonal Maluku. Senjata ini terdiri dari parang dan perisai.Parang berarti
pisau besar, biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau, namun
lebih pendek jika dibandingkan dengan pedang.Sawalaku sendiri memiliki
arti perisai.
Parang Sawalaku sering dipergunakan oleh penduduk
asli Maluku dalam berperang melawan musuh contohnya saat Kapitan Patimura dan
rakyatnya perang melawan tentara Belanda.Pada masa sekarang Parang Salawaku
biasanya dipergunakan untuk melengkapi pakaian penari dan atau untuk upacara
perkawinan.
Parang biasanya terbuat dari bahan besi yang keras
berukuran 90 sampai dengan 100 cm, ukuran ini disesuaikan dengan tinggi badan
si pemilik. Jadi sangat beragam ukurannya. Parang ini juga memiliki kepala yang
terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi.
Salawaku terbuat dari kayu yang dilapisi oleh
pernak-pernik khusus yang diberi motif untuk menghiasinya. Tidak sembarang
motif yang dipergunakan dan biasanya motif yang berlambangkan keberanian.
Simbol keberanian inimembuat penggunanya memiliki keberanian yang sama dalam
berperang melawan musuh. Motif-motif indah yang menghiasi Salawaku ini terbuat
dari kulit kerang laut.
Proses yang terpenting dalam pembuatannya
adalah ketika senjata ini dimantrai oleh Kapitan atau panglima perang. Dengan
mantra ini, konon membuat Parang Salawaku tidak dapat tembus oleh peluru,
karenanya para prajurit Kapitan Patimura berani maju melawan penjajah Belanda
untuk melakukan perlawanan.
Alat
Musik
TIFA, merupakan alat musik khas dari Maluku dan
Papua. Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan juga dengan cara
dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau
dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya
penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara
yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku
di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khasnya masing-masing.
TIFA biasanya digunakan untuk mengiringi tarian
perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang
diiringi juga dengan alat musictoto buang, tarian tradisional suku Asmat dan
tari Gatsi.
Alat music tifa dari Maluku memiliki nama lain,
seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah
Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir.
Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat yang seperti yang
digunakan di Masjid .Badan kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi rotan
sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.
Lagu Daerah
- Ayo Mama
- O Ulate
- Sarinande
- Goro-gorone
- Nona Manis Siapa Yang Punya
- Dll