Penyebaran
Islam (1200 – 1600)
Agama Islam muncul pada
Abad ke-6 M kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan mulai
berkembang pada abad ke-13 M. Perkembangan Islam di Indonesia hampir di seluruh
Kepulauan Indonesia. Bertolak dari kenyataan tersebut, Islam banyak
menghasilkan peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Indonesia yang sangat beraneka
ragam. Peninggalan-peninggalan itu antara lain sebagai berikut:
1.
Tempat Ibadah
Dilihat dari segi
arsitekturnya, masjid-masjid di Indonesia kuno menampil- kan gaya
arsitektur asli Indonesia, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Atapnya bertingkat/tumpang
dan ada puncaknya (mustaka).
b. Pondasinya kuat dan
agak tinggi.
c. Ada serambi di depan
atau di samping.
d. Ada kolam/parit di
bagian depan atau samping.
Gaya arsitektur
bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah :
a. Hiasan kaligrafi.
b. Kubah.
c. Bentuk masjid.
Sejak masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid didirikan dan termasuk
masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid Banten,
masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya.
a. Masjid Angke
Masjid ini terletak
di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18.
Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua yang masih
terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang
cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini
dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang
namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang
berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut masjid agung
atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang
melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai tempat penggemblengan jiwa
dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
b. Masjid Demak
Masjid Demak didirikan
pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan masjid terletak di Kadilangu,
Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. Masjid
Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid
dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah
satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut
tatal (soko tatal).
c. Masjid Kudus
Masjid Kudus didirikan
oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian
menaranya menyerupai candi Hindu.
d. Masjid Banten
Masjid Banten didirikan
pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyaklima tingkat.
Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat
diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur
Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa
menyerupai mercusuar.
e. Masjid Cirebon
Masjid Cirebon
didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap
masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.
2.
Keraton
Keraton berfungsi
sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya.
Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton sesuai dengan
perkembangan kerajaan Islam. Beberapa contoh keraton adalah sebagai berikut
a. Keraton Cirebon
Keraton Cirebon
didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636. Letaknya di
kota Cirebon, Jawa Barat.
b. Istana Raja Gowa
Istana Raja Gowa
terdapat di Sulawesi Selatan.
c. Istana Keraton
Surakarta
Keraton Surakarta
terbentuk berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Keraton Surakarta
sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Mataram dengan rajanya Paku Buwono III.
d. Keraton Yogyakarta
Semula Keraton
Yogyakarta merupakan wilayah Kerajaan Mataram, kemudian berdasarkan perjanjian
Giyanti pada tahun 1755 didirikan kerajaan Yogyakarta dengan rajanya yang
pertama Sultan Hamengkubuwono I.
e. Istana Mangkunegaran
Istana Mangkunegaran
merupakan bangunan kerajaan yang terbentuk berdasarkan perjanjian Salatiga
tahun 1757.
3.
Batu Nisan
Batu nisan berfungsi
sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu bentuknya
bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran dan
kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di
Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat
(India).
Beberapa batu nisan
peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Batu Nisan Malik
as-Saleh
Batu nisan ini dibangun
di atas makam Sultan Malik as-Saleh di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik
as-Saleh adalah raja pertama dari kerajaan Samudra Pasai.
b. Batu Nisan Ratu
Nahrasiyah
Batu nisan ini dibangun
di atas makam ratu Samudra Pasai bernama Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun
1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat
Kursi.
c. Batu Nisan Fatimah
binti Maimun
Batu nisan ini dibuat
sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun.
Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur.
d. Batu Nisan Sultan
Hasanuddin
Batu nisan ini dibangun
di atas makam raja Makasar. Makam Sultan Hasanuddin berada dalam satu kompleks
dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo. Pada makam tersebut, dibuat cungkup
berbentuk kijing. Cungkup itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu
itu disusun berbentuk limas. Bangunan limas terpasang dengan alas berbentuk
kubus dan di dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam
beserta batu nisan.
4.
Kaligrafi
Pada mulanya kaligrafi
merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam. Namun dalam
perkem- bangannya, dengan makin kuatnya rasa keagamaan maka unsur Hindu makin
berkurang; sehingga wujudnya adalah orang yang sedang shalat atau dalam wujud
masjid yang menggunakan huruf Arab. Kaligrafi adalah seni menulis
Arab yang indah tanpa tanda garis (harakat). Seni kaligrafi yang bernafaskan
Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al Quran. Tulisan tersebut
dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun-
daunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya.
Contoh kaligrafi antara
lain sebagai berikut.
a. Kaligrafi pada batu
nisan.
b. Kaligrafi bentuk
wayang dari Cirebon.
c. Kaligrafi bentuk
hiasan.
5.
Seni Pahat
Seni pahat seiring
dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara, kota awal
berkembangnya agama Islam di Jawa yang sangat terkenal. Di dinding depan masjid
Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan pahatan
tanaman yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti
dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon malahan ada
pahatan harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua
daerah tersebut (Jepara dan Cirebon), merupakan akulturasi antara budaya Hindu
dengan budaya Islam.
6.
Seni Pertunjukan
Di antara seni
pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni tari. Seni
suara merupakan seni pertunjukan yang berisi salawat Nabi dengan iringan
rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai
dengan membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang
dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa dominan. Peserta
mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti
peci, baju tutup, dan sarung.
7.
Tradisi atau Upacara
Tradisi atau upacara
yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan
Gerebeg, dilihat dari tujuan dan waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi,
adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan menunjukkan budaya
sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk
yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, yang menunjukkan bahwa
animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya upacara
pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti senjata (tombak dan keris) dan
kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas kerajaan Islam,
seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta.
Di keraton Surakarta
upacara pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan “jamasan pusaka” yang
dilakukan pada malam 1 Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara
jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah
upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah
simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara
kirab tersebut adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu
klangenan peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka yang
diperintahkan untuk dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon
menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kerbau adalah salah satu hewan yang
dianggap memiliki tuah tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir segala
bencana.
8.
Karya Sastra
Pengaruh Islam dalam
sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui Persia dan India yang
dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra Islam yang masuk ke
Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India.
Meskipun menurut
sejarah, Persia dan India ditaklukkan oleh Islam, namun kebudayaan dari kedua
negara tersebut lebih besar pengaruhnya. Karya sastra masa Islam banyak sekali
macamnya, antara lain sebagai berikut.
a. Babad ialah cerita
berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan dongeng.
Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya.
1) Babad Tanah Jawi
Kitab ini berisi
silsilah raja-raja Jawa dimulai dari Nabi Adam sampai dengan Bathara Guru.
Bathara Guru bertakhta di Suralaya berputra lima orang di antaranya adalah
Bathara Wisnu yang kemudian turun ke dunia menjadi raja pertama di Pulau Jawa
dengan gelar Prabu Set. Jadi, Bathara Wisnulah yang menurunkan raja-raja Jawa.
2) Babad Demak
Kitab ini berisi
tentang kisah berdirinya Kerajaan Demak yang dipelopori oleh Raden Patah dan
Wali Songo. Sebelum Kerajaan Demak berdiri, telah ada tanda-tanda yaitu
pindahnya sinar cahaya kekuasaan dari Majapahit ke Demak.
3) Babad Giyanti
Kitab ini berisi
tentang perjuangan Pangeran Mangkubumi di Surakarta sampai dinobatkannya
menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta.
b. Hikayat ialah karya
sastra yang berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai sarana pelipur lara
atau pembangkit semangat juang. Contoh, Hikayat Sri Rama, Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Amir Hamzah dan sebagainya.
1) Hikayat Sri Rama
Hikayat ini merupakan
saduran dari Kitab Ramayana. Isinya men- ceritakan tentang riwayat Rama sejak
lahir kemudian berperang melawan Rawana raja Alengka untuk memperebutkan
Shinta, istrinya. Dalam peperangan ini Rama dibantu oleh prajurit kera yang
dipimpin oleh Sugriwa. Dewi Shinta berhasil direbut dari tangan Rawana dan
segera dibawa ke Ayodya. Namun, Rama menyangsikan kesucian Shinta yang telah
lama berada di Alengka, sehingga ia dikucilkan di Pertapaan Walmiki. Untuk
membuktikan kesucian Shinta, Shinta ingin bunuh diri dengan cara membakar diri
(pati obong). Namun, karena Sinta benar-benar suci tidak tersentuh oleh Rawana
maka dewa melindunginya. Rama akhinya menerima kembali dan kemudian diboyong ke
Ayodya. (bandingkan dengan cerita Rama Shinta dalam Balet Ramayana yang dipentaskan
di Candi Prambanan setiap bulan Purnama).
2) Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah, adalah orang
yang bertuah. Tuah berarti bahagia dan selamat. Laksamana berarti mempunyai
tanda atau keutamaan. Dengan demikian, hikayat ini berisi tentang kesetiaan dan
keperwiraan seorang laksamana Kerajaan Malaka bernama Hang Tuah bersama empat
orang sahabatnya, yakni Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu, dan Hang Kesturi
yang berhasil menjadi orang besar.
3) Hikayat Amir Hamzah
Hikayat ini berasal
dari Timur Tengah setelah masuk ke Indonesia
(Jawa) mendapat banyak tambahan dan disesuaikan dengan kebudayaan Jawa sehingga
dikenal dengan Serat Menak. Tokohnya adalah Amir Hamzah yang di masyarakat Jawa
disebut Wong Agung Menak atau Wong Agung Jayenglono. Inti ceritanya adalah adanya
peperangan antara Amir Hamzah dengan mertuanya yang masih kafir yakni Raja
Nursewan dari Kerajaan Madayin. Peperangan ini bisa terjadi akibat akal licik
dan fitnah dari Patih Bestak dari Kerajaan Madayin.
c. Syair ialah puisi
lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi
yang sama. Contoh: Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambuhan, dan Gurindam Dua
Belas.
1) Syair Abdul Muluk
Syair ini menceritakan
tentang adanya Raja Abdul Muluk dari Kerajaan Barbari yang mempunyai dua orang istri
yakni Siti Rahmah dan Siti Rafiah. Sewaktu negerinya diserang raja Hindustan,
seluruh penghuni istana dapat ditawan, namun Siti Rafiah berhasil meloloskan
diri. Dengan perjuangan yang gigih, akhirnya Siti Rafiah berhasil merebut
kembali Kerajaan Barbari.
2) Syair Ken Tambuhan
Syair ini menceritakan
tentang adanya percintaan antara Raden Inu Kertapati putra mahkota kerajaan
Kahuripan dengan Ken Tambuhan, (putri Jangung Pura) yang dijumpai di hutan.
Baginda permaisuri bermaksud untuk menikahkan Inu Kertapati dengan putri
Banjarkulon yang sepadan. Atas perintah permaisurinya, Ken Tambuhan berhasil
dibunuh dan mayatnya dihanyutkan ke sungai dengan rakit. Mayat itu ditemukan
oleh Inu Kertapati. Inu Kertapati sangat berduka cita atas kematian Ken
Tambuhan, ia membelanya dengan jalan bunuh diri.
3) Syair Gurindam
Duabelas
Gurindam bentuknya
puisi yang aturannya sedikit lebih bebas daripada puisi. Gurindam Dua Belas
ditulis oleh Raja Ali Haji, isinya menceritakan tentang nasihat bagi semua
orang, agar menjadi orang yang dihormati dan disegani. Selain itu, Gurindam Dua
Belas juga berisi petunjuk bagaimana orang dapat mengekang diri dari segala
macam nafsu duniawi.
d. Suluk adalah
kitab-kitab yang berisi ajaran Tasawuf, sifatnya pantheistis, yaitu manusia
menyatu dengan Tuhan. Tasawuf juga sering dihubungkan dengan pengertian suluk
yang artinya perjalanan. Alasannya, para sufi sering mengembara dari satu
tempat ke tempat lain. Di Indonesia, suluk oleh para ahli tasawuf dipakai dalam
arti karangan prosa maupun puisi. Istilah suluk kadang-kadang dihubungkan
dengan tindakan zikir dan tirakat. Suluk yang terkenal, di antaranya:
1) Suluk Sukarsah
Isinya menceritakan Ki
Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk men- dapatkan kesempurnaan. Dalam
uraiannya, tampak banyak persamaan dengan cerita Dewa Ruci, yaitu sewaktu Bima
berguru kepada begawan Dorna (dalam cerita pewayangan “Bima Mencari Air Suci).
2) Suluk Wijil
Isinya mengenai
wejangan-wejangan Sunan Bonang kepada Wijil. Wijil adalah seorang kerdil bekas
abdi raja Majapahit.
3) Suluk Malang
Semirang
Isinya menceritakan
tentang orang yang telah mencapai kesempurnaan, lepas dari ikatan-ikatan
syari’ah dan berhasil menyatu dengan Tuhan (bandingkan dengan reinkarnasi dalam
ajaran Hindu).