Ada yang berbeda
disetiap perayaan kelahiran Nabi Muhammad di tanah Yogyakarta. Dibandingkan
dengan daerah lain, perayaan maulidan tersebut diiringi dengan upacara
tradisional keagamaan dan pesta rakyat tradisional yang cukup besar. Bahkan
upacara ini telah menjadi salah satu upacara tradisional resmi Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Upacara tersebut dinamakan Upacara Sekaten.
Sebagai upacara resmi
Kraton, persiapan pun dilaksanakan dengan matang dan baik sebelum hari
pelaksanaan persiapan pun dilakukan yakni persiapan fisik dan spiritual.
Persiapan fisik berupa persiapan akan peralatan dan perlengkapan upacara
seperti Gamelan Sekaten, Gendhing Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah bunga
kanthil, busana seragam Sekaten, Samir, dan perlengkapan lainnya.
Sementara persiapan
spiritual dilakukan oleh para abdi dalem Kraton Ngayogyakarta yang nantinya
akan terlibat dalam pelaksanaan upacara tersebut. Para abdi dalem pun melakukan
‘pensucian diri’ dengan berpuasa dan siram jamas.
Sekaten merupakan
upacara yang penuh ritual. Upacara akan berlangsung selama tujuh hari
berturut-turut. Ritual diawali dengan iring-iringan abdi dalem pada hari
pertama bersama dua set gamelan Jawa yang dikeramatkan yakni Kyai Nogowilogo
dan Kyai Gunturmadu. Keduanya diletakan di dua sisi yang berbeda.
Kedua gamelan
tersebutpun akan dimainkan secara bersamaan sampai tanggal 11 bulan Mulud
selama 7 hari berturut-turut kecuali pada malam Jumat. Pada akhirnya Gamelan
akan dikembalikan ke Kraton tepat pada pukul 12 dini hari pada malam terakhir.
Dua hari sebelum
peringatan puncak diselenggarakan upacara Tumplak Wajik yakni sebuah upacara
pembuatan wajik di halaman Istana Magangan. Upacara ini berupa kotekan atau
permainan lagu dengan menggunakan kentongan, lumpang padi dan lain-lain sebagai
tanda membuat gunungan yang akan diarak nanti pada acara puncak. Lagu yang
dimainkan biasanya lagu-lagu Jawa populer seperti Lompong Keli, Tundhung Setan,
Owal awil dan lain-lain.
Acara puncak peringatan
Sekaten ditandai dengan diadakannya Grebeg Muludan pada tanggal 12 Mulud yang
dimulai pada jam 8 pagi. Sepasang gunungan yang terbuat dari beras ketan,
makanan, buah serta sayur-sayuran akan diarak dari istana Kemandungan
melewati Stihinggil dan Pagelaran menuju Masjid Agung.
Setelah didoakan,
gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan ini dibagikan kepada
masyarakat. Masyarakat pun mempercayai bahwa bagian dari gunungan tersebut akan
menjadi berkah untuk mereka. Bagian gunungan tersebut nantinya akan ditanam
seraya berharap sawah mereka akan subur dan bebas dari beragam bencana dan
malapetaka.
Upacara Sekaten memang
sudah menjadi ritual yang telah dilaksanakan secara turun temurun. Dibalik
tujuannya sebagai perayaan kelahiran Nabi Muhammad dalam ajaran Islam, upacara
ini juga mengandung arti historis dan kebudayaan yang tinggi. Tak heran,
Upacara Sekaten merupakan salah satu ritual yang paling ditunggu setiap
tahunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar